27 Daerah di Jateng Rawan Gerakan Tanah
SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan kala musim hujan. Khususnya yang berada di daerah rawan longsor. Seperti perbuktikan dan lereng.
"Kalau hujan turun lebih dari dua jam, maka masyarakat harus waspada. Terutama warga di zona kuning dan merah rawan bencana longsor. Jangan tidur," ujar Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng, Sujarwanto Dwiatmoko, di Kota Semarang, Rabu (13/11).
Baca juga:
Angin Kencang Terpa Sejumlah Daerah di Jateng
Longsor Landa Banjarnegara, Seorang Korban Tewas
Mitigasi Bencana Musim Hujan, Jateng Siapkan Rp23 Miliar
Berdasarkan prakiraan BMKG, curah hujan November relatif normal dan di bawah normal. Namun, beberapa daerah mesti meningkatkan kewaspadaan. Banjarnegara, Wonosobo, Purbalingga, selatan Pemalang, Kabupaten Pekalongan, utara Purworejo, Banyumas, dan Kebumen.
Dicontohkannya dengan kejadian longsor di Banjarnegara, beberapa hari lalu. Akibatnya, dua rumah hancur dan seorang korban tewas. "Selain itu, tanah retak. Di salah satu desa di daerah Salaman, Kabupaten Magelang," ucapnya.
Dinas ESDM Jateng, klaim dia, telah memantau dan memeriksa 27 kabupaten/kota rawan gerakan tanah. Beberapa aspek diamati. Seperti retakan; pohon dan tiang listrik miring; air sungai keruh, mengandung kerikil, krakal, dan bongkahan batu secara tiba-tiba; muncul rembesan air di tebing, serta bangunan retak bahkan miring.
Mengutip laman Pemprov Jateng, ESDM juga sudah melayangkan surat edaran kepada pemerintah daerah (pemda). Agar melakukan mitigasi dan meningkatkan kewaspadaan.
"Pastikan saluran drainase berfungsi. Untuk itu, gerakan membersihkan saluran-saluran air harus lebih digiatkan. Memelihara EWS atau sistem peringatan dini. Jangan malah dicolong," tandas Sujarwanto.