12 Warga Jateng Meninggal karena DBD
Semarang - Sebanyak 1.204 warga Jawa Tengah (Jateng) mengidap demam berdarah dengue (DBD) pada Januari 2019. Sebanyak 12 orang di antaranya, dilaporkan meninggal dunia.
Kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng, Yulianto Prabowo, Januari merupakan bulan dengan korban tertinggi. "Februari menurun dan April paling sedikit. Oktober, nanti mulai naik," ujarnya di Kota Semarang, Rabu (30/1).
Baca juga:
Dinkes Jateng: Kasus DBD Menurun
Antisipasi Siklus 4 Tahunan DBD
Jangan Berharap 'Fogging' untuk Cegah DBD
DBD terjadi di sejumlah daerah. Di antaranya, Sragen 200 kasus, Grobogan 150 kasus, Pati 87 kasus, Jepara 78 kasus, Blora 75 kasus, Purbalingga 76 kasus, Cilacap 71 kasus, Boyolali 51 kasus. "Daerah lainnya di bawah 50 kasus," imbuhnya.
Penderita yang meninggal ada di Brebes dan Jepara masing-masing empat orang. Lalu, Kebumen, Grobogan, Blora, Kabupaten Semarang, dan Batang masing-masing satu korban.
"Kita mencanangkan waspada KLB (kejadian luar biasa) di beberapa daerah, karena kasus meningkat," ucap Yulianto. Rata-rata usia penderita adalah 5-15 tahun.
Penyebab DBD, terang dia, cuaca dan banyaknya genangan air hujan. Sehingga, nyamuk Aedes aegypti cepat berkembang biak. "Juga (dipengaruhi) kesehatan lingkungan," tambahnya.
Karenanya, tenaga medis diminta menetapkan diagnosa dengue haemorrhagic fever (DHF), bila ditemukan gejala DBD. "Kalau ada anak panas, langsung DHF," tutup Yulianto.
Nyamuk bertelur 100-300 butir di air & bisa bertahan 6 bulan di tempat kering. Dalam 2 hari telur menjadi jentik nyamuk.
— Humas Jateng (@humasjateng) January 22, 2019
Mari bersama berantas jentik nyamuk di lingkungan rumah, gerakkan satu rumah satu juru pemantau jentik. Bersama waspadai demam berdarah.#BerburuJentik #PSN pic.twitter.com/SVwmkyvai1