Jateng Darurat Sampah
SEMARANG - Pakar lingkungan Universitas Diponegoro, Syafruddin, menilai, Jawa Tengah (Jateng) darurat sampah. Mengingat produksinya mencapai 5,7 juta ton pada 2016. Naik 335.070 ton dibanding tahun sebelumnya.
Berdasarkan data itu, Jateng memproduksi 15.671 ton sampah per hari. "Coba bayangkan perkembangan yang luar biasa selama dua-tiga tahun ini," ucapnya, di Kota Semarang.
Baca juga:
Ganjar Wacanakan Kongres Sampah
Tahun Depan, Pemkab Temanggung Bentuk Dewan Sampah
Menteri LHK: Sampah Harus Ditangani Serius
Produksi sampah Jawa Barat (Jabar) lebih besar. Mencapai 27 ton per hari. Disusul Jawa Timur (Jatim) dengan 19 ribu ton setiap 24 jamnya.
"Ini bukan soal siapa lebih banyak atau lebih sedikit. Gerakan pengurangan dan pengelolaan sampah harus dilakukan dengan benar," tutur dia.
Menurutnya, perlu perlakuan khusus untuk mengatasi masalah tersebut. Pun melibatkan banyak elemen.
"Yang lebih urgen adalah, soal keberanian pemerintah menegakkan peraturan," kata Syafruddin. Lantaran hingga kini takpernah mengampanyekan aturan sampah.
Sementara, seorang inisiator Kongres Sampah, Putut Yulianto, menerangkan, kongres bakal menghasilkan peta dan praktik pengelolaan sampah. Selain meningkatkan SDM aktivasi bank sampah.
"Ada tiga rangkaian agenda di Kongres Sampah ini. Prakongres yang meliputi diskusi-diskusi dengan pakar, pelaksanaan event, dan pascaevent," ujarnya, mengutip laman Pemprov Jateng.
Kongres Sampah bakal digelar di Kabupaten Semarang. Melibatkan sekitar 1.500 peserta dari berbagai provinsi se-Indonesia. Baik pegiat sampah, pemerintah, dan akademisi.
"Problem sampah adalah problem menurunnya solidaritas sosial. Pengetahuan dan nilai-nilai budaya perlu ditanamkan. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah, tutupnya.