UGM Ciptakan Mesin Pencacah Plastik untuk Aspal
Sleman - Peneliti Fakultas Teknik Mesin dan Industri Universitas Gadjah Mada (UGM) sukses membuat mesin pencacah plastik kresek untuk campuran aspal. Alat dinamakan Gama Alifa Generasi I.
Pembuatan mesin tersebut, guna memenuhi pesanan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Mesin dibuat Muslim Mahardika selaku inisiator, Nizam, Rachmat Sriwijaya, dan Fajar Yulianto Prabowo.
"Itulah ide awal pembuatan mesin pencacah plastik ini," ujar Muslim di Laboratorium Teknologi Mekanik Fakultas Teknik dan Industri UGM, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kamis (14/2).
"Komposisi antara aspal dan cacahan plastik kresek ini, yaitu 94 persen aspal dan enam persen cacahan plastik kresek," imbuh dia.
Baca Juga:
UGM Rilis Becak Listrik
Gegara Pestisida, Peneliti UGM Bikin Nanokitosan
Dia menambahkan, mesin dirakit dari enam komponen utama. Detailnya, tempat penampung hasil cacahan plastik (hopper), motor listrik, roda gila (fly wheel), belt, poros, serta pisau pencacah statis dan dinamis.
Bentuk mesin tidak berbeda dengan yang ada di pasaran. Tingginya 1,7 meter serta lebar dan panjang masing-masing satu meter. Kecepatan putar mesin sekitar 400-1000 rotasi per menit. Mesin didesain sederhana, sehingga mudah dioperasikan.
"Sebagian besar mesin dibuat dengan memanfaatkan komponen lokal," jelas Ketua Program Studi S-2 Teknik Mesin UGM itu. Alat dikembangkan sejak 2018.
Mekanisme kerja mesin memakai motor listrik arus bolak-balik (alternating current/AC) yang ditransmisikan menggunakan fan belt. Sehingga, memutar poros pisau untuk mencacah plastik dan roda gila berfungsi sebagai penyimpan inersia.
Ada tiga tipe mesin pencacah plastik. Modelnya berdasarkan kapasitas cacahan bahan baku. Kapasitas kecil 10-20 kilogram per jam, sedang 20-30 kilogram per jam, serta besar 40-50 kilogram per jam.
Muslim menerangkan, mesin menghasilkan cacahan plastik sesuai kebutuhan. Dari satu hingga empat milimeter. Keunggulan lainnya, konsumsi listrik cuma tiga daya kuda (paar den kraft/PK). Satu PK setara 745,7 watt.
Kementerian PUPR memesan 1.000 unit. Karena UGM tak berwenangan membuatnya, maka pengerjaannya digarap PT Barata Indonesia, Gresik. Kendati begitu, prototipe tetap milik "Kampus Biru".
Biaya pembuatan sebesar Rp30 juta per mesin. "Hingga sekarang sudah diselesaikan 187 unit. Mesin ini oleh Kementerian PUPR diberikan kepada kelompok pengelola sampah," tandas Muslim.