Tip Budi Daya Bawang Putih

Tip Budi Daya Bawang Putih Ditjen Hortikultura Kementan mengadakan tanam bawang putih di Desa Glapansari, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, 16 Desember 2017. (Foto: Pos Jateng/Fatah HS)

JAKARTA - Petani diimbau memerhatikan aspek pemilihan benih dan teknik budi daya sebelum menanam bawang putih. Seiring segera berakhirnya musim kemarau 2019.

"Ini penting. Karena keduanya sangat menentukan berhasil tidaknya usaha tani bawang putih," kata Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Prihasto Setyanto, di Jakarta, Jumat (27/9).

Petani diminta menerapkan prinsip Ladorfisio dalam penggunaan benih. Yakni label benih benar, umur sudah pecah dormansi, disik sesuai varietas lokal, bukan berbentuk siung pipilan, dan pastikan bukan benih oplosan.

Kecilnya umbi tak menentukan kualitas. Lantaran masih bisa ditanam dan berbuah besar selama menerapkan Ladorfisio secara baik dan benar.

Ihwal teknik budi daya, petani dianjurkan menanam di lahan berketinggian di atas 800 meter di atas permukaan laut. Lalu membuat bedeng dan ditutup mulsa.

"Kedua, atur jarak tanam: 15x15 sentimeter atau 10x15 sentimeter. Ketiga, tanam benih persatu lubang cukup satu siung dengan ke dalaman 5-7 sentimeter," tuturnya.

Berikutnya, pemukukan cukup. Setidaknya NPK 200-400 kilogram per hektare dan ZA 100-200 kilogram per hektare. Diberikan tiga kali: Usia tanaman 25-30, 50-60 hari, dan 70-80 hari. "Jangan lupa disiram dengan air yang cukup," tambahnya.

Selanjutnya, menggunakan pupuk kandang 5-10 ton per hektare. Pun mesti memastikan kecukupan air dan drainase lancar.

Anton lalu meminta petani rajin membersihkan gulma dan merawat tanaman hingga panen. Guna terhindar dari organisme pengganggu tanaman (OPT) dan penyakit.

Setelah itu, melakukan seleksi kala panen. Pilih calon benih yang ukurannya besar dan padat. Lebih baik yang berdiameter di atas lima sentimeter. "Semakin besar dan padat umbi, semakin bagus," tutupnya.