Status Gunung Slamet Jadi Waspada
SEMARANG - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meningkatkan status Gunung Slamet, Jawa Tengah (Jateng). Dari level I (Normal). Menjadi level II (Waspada).
"Terhitung sejak 9 Agustus 19 Pkl 09.00 WIB," kicau akun Twitter Badan Geologi, @kabargeologi, Jumat (9/8). Kebijakan merujuk hasil evaluasi PVMBG. Periode 1 Juni-8 Agustus 2019.
Aktivitas vulkanik dipantau dari Pos Pemantauan Gunung Api (PGA). Di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang. Berjarak sekitar 8,5 kilometer. Utara puncak Slamet.
Erupsi magmatik. Potensi ancaman bahaya Slamet kini. Menghasilkan lontaran material pijar. Melanda daerah di sekitar puncak dalam radius dua kilometer.
"Atau erupsi freatik dan hujan abu di sekitar kawah tanpa ada gejala vulkanik yang jelas," penggalan twit @kabargeologi lainnya.
Peningkatan aktivitas vulkanik Slamet terakhir terjadi Maret-Agustus 2014. Kala itu, diikuti erupsi. Menghasilkan material abu. Juga lontaran material pijar. Di sekitar kawah.
PVMG pun rekomendasikan masyarakat dan pengunjung tak beraktivitas dalam radius dua kilometer. Dari kawah puncak Slamet.
Sedangkan pemerintah daerah (pemda), dianjurkan berkoordinasi dengan Badan Geologi PVMBG. Atau Pos PGA Slamet. Di Desa Gambuhan.
Gunung Slamet merupakn gunung api strato. Berbentuk kerucut. Dengan tinggi puncak 3.432 meter di atas permukaan laut.
Ia berdiri di lima wilayah di Jateng. Mencakup Pemalang, Banyumas, Brebes, Purbalingga, dan Kabupaten Tegal.
Sementara, 50 pendaki dilaporkan naik Slamet. "Sejak kemarin (Kamis, 8/8) hingga tadi pagi," ungkap Koordinator Lapangan SAR Purbalingga, Slamet Ardiansyah. Mereka naik dari Pos Pendakian Bambangan.
Pos Pendakian Bambangan telah ditutup SAR Purbalingga. Per pukul 09.00 tadi.
Hingga kini SAR Purbalingga belum menetapkan mekanisme penjemputan para pendaki. Dalihnya, menunggu keputusan Perhutani KPH Banyumas Timur. Selaku pengelola.
"Sudah peralihan pengelolaan. Kita tunggu dari Perhutani," tuntas Slamet, mencuplik detikcom.