Sampah dan Pemakaman Jadi PR Pemkot Surakarta
SURAKARTA - Pengelolaan sampah menjadi salah satu pekerjaan rumah (PR) Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta, Jawa Tengah (Jateng). Meski dianggap sebagai kota terlayak huni versi Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia 2018.
Untuk menyelesaikannya, pemkot menutup tempat pembuangan sementara (TPS) secara bertahap. Digantikan dengan mobil TPS yang secara berkala mendistribusikan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA).
"Dulu ada 58 TPS. Sekarang kami tutup satu persatu. Tinggal empat TPS. Itu di Bonoloyo, Sondakan, Kedungtungkul, dan Norowangsan," ucap Wali Kota Surakarta, FX Hadi Rudyatmo.
Dengan penutupan TPS itu, lanjut dia, ketersediaan dan kualitas air tanah membaik. Apalagi, sekarang lahannya dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau (RTH). Seperti taman.
Surakarta memproduksi 300 ton sampah per hari. Seluruhnya diangkut ke TPA Putri Cempo yang kini menyimpan sekitar 1,6 juta ton.
"Solusinya adalah PLTSa (pembangkit listrik tenaga sampah). Sampah-sampah ini akan diolah terus sampai habis. Butuh waktu 10-15 tahun untuk menghabiskan sampah," ujarnya.
Sementara, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, berpendapat, pemakaman menjadi masalah lain Surakarta. "Saya kira masih belum layak kuburan," katanya.
Pemkot mengelola dua lokasi pemakaman di Kabupaten Sukoharjo. Diharapkan tak menimbulkan konflik antardaerah.
"Mari kita bicara kemanusiaan. Duduk bersama tanpa teritori pemerintahan. Sebenarnya, itu tinggal nunggu waktu saja, bahwa akan gandeng. Akan nyambung," tutup dia, melansir detikcom.