Rifka Annisa: Mahasiswi UGM Korban Perkosaan Depresi Berat
Sleman - Direktur Rifka Annisa, Suharti, menyatakan, mahasiswi Universitas Gadjah Mada (UGM) korban perkosaan masih depresi berat. Karenanya, lembaga swadaya masyarakat (LSM) ini fokus pada pemulihan psikologis penyintas.
"Berdasarkan assessment awal, penyintas berada dalam kondisi depresi berat. Sehingga, fokus utama pendampingan Rifka Annisa, adalah pemulihan kondisi psikologis dan menciptakan rasa aman bagi penyintas," ujarnya via keterangan pers, Rabu (7/11).
LSM Rifka Annisa rutin melakukan pendampingan dan akan menyelesaikan kasus ini ke jalur hukum, sejak korban mengakses layanan pada September 2017.
"Namun dalam kasus-kasus kekerasan seksual tertentu, proses hukum memiliki kendala-kendala, khususnya dalam menjamin terpenuhinya hak-hak dan keadilan korban," jelasnya.
"Dengan adanya kendala-kendala hukum tersebut, penting dicari alternatif penyelesaian yang memberikan perlindungan dan rasa keadilan bagi korban dengan mengutamakan prinsip persetujuan dari korban," imbuh Suharti.
Rifka Annisa pun sudah mencoba berkomunikasi dengan fakultas tempat korban menyelesaikan studi, akhir 2017. Maksudnya, kampus mengupayakan penyelesaian terbaik dalam kasus tersebut.
"UGM merespons dengan melakukan pembentukan tim investigasi untuk penyelesaian kasus ini, yang kemudian melahirkan beberapa rekomendasi," terangnya.
Sayangnya, menurut Suharti, ada indikasi penyelesaian kasus melalui mekanisme internal belum sepenuhnya tuntas. Itu, tecermin dari kembali mencuatnya kasus dengan pelaku mahasiswa Fakultas Teknik UGM ini.