Perbaikan Ekonomi Tak Tingkatkan Kesejahteraan Rakyat
Semarang - Perekonomian Jawa Tengah (Jateng) tumbuh hingga 5,25 persen pada triwulan III 2018. Artinya, lebih tinggi dari capaian nasional sebesar 5,17 persen.
Namun, menurut Sekretaris Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPRD Jateng, Nur Sa'adah, tak memacu peningkatan kesejahteraan masyarakat. Soalnya, pertumbuh ekonomi Jateng dipicu relokasi industri dari Jakarta dan kota satelit.
"Artinya, para investor berbondong-bondong ke Jawa Tengah, karena tertarik dengan tingkat upah rendah," ujarnya, baru-baru ini. "Masyarakat hanya bertahan hidup dengan menjadi buruh dengan upah rendah," imbuh dia.
Karenanya, politikus asal Kabupaten Demak itu, meminta pemerintah menjaga kualitas pertumbuhan ekonomi dengan prinsip keadilan sosial. Apalagi, naik-turunnya presentase kemiskinan menjadi salah satu indikator sukses tidaknya program pemerintah.
Jumlah kemiskinan di Jateng periode September 2017, sebanyak 4,20 juta jiwa atau 12,23 persen. Nilai tersebut, lebih tinggi dibanding periode Maret 2018 sebanyak 3,90 juta jiwa (11,32 persen).
"Penurunan persentase atau jumlah kemiskinan di Jawa Tengah, patut diapresiasi. Namun, juga perlu dikritisi," ucapnya.
"Banyak kasus di desa-desa, orang-orang miskin dimasukkan ke kategori mampu, karena adanya keengganan aparatur mengakui kondisi yang sebenarnya. Ada perasaaan malu, jika di desanya banyak warga yang miskin," pungkas Nur.