Pedagang Pasar Sugihwaras: Kenapa Kami Selalu Diobok-obok?
Pekalongan - Para pedagang mengkritik rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan, Jawa Tengah (Jateng), mengubah Pasar Sugihwaras di Jalan Dr. Cipto Mangunkusumo menjadi pusat kuliner dan fesyen. Sebab, berimbas terhadap pendapatan mereka.
"Kenapa lapak pedagang kecil seperti kami selalu diobok-obok? Sudah pembeli sepi, sekarang mau diubah menjadi pusat kuliner dan fesyen. Kami harus berdagang di mana?" ujar pedagang onderdil sepeda motor di Pasar Sugihwaras, Sutrisno (45), Sabtu (4/5).
Pedagang pasar senggol di sana mayoritas menjual elektronik dan onderdil otomotif bekas. Menurut dia, para penjual akan kesulitan bila nanti harus berdagang pakaian atau panganan. Kendala modal, salah satunya.
"Hingga sore saja belum ada pembeli. Apa iya, pemerintah tidak memperhatikan nasib kami? Kami juga warga Kota Pekalongan. Bukan warga luar," tegasnya.
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Disdagkop UMKM) Kota Pekalongan telah mengalokasikan Rp7 miliar guna pembangunan Pasar Sugihwaras. Pengerjaan akan berlangsung bertahap.
"Perencanaan sudah dibuat. Kemungkinan akan dilaksanakan tahun ini," ucap Kepala Disdagkop UMKM Kota Pekalongan, Zainul Hakim, terpisah.
Diproyeksikan pembangunan rampung tahun depan. Total dana yang dibutuhkan Rp12 miliar. Sisanya digelontorkan 2020. "Untuk pembangunan pusat fashion dan kuliner," kata dia.
Praproyek, para pedagang bakal direlokasi ke pasar senggol di Kuripan Yosorejo, Pekalongon Selatan. "Pembangunan awal kami akan bangun tiga blok dengan dana alokasi khusus (DAK) dan APBD Kota Pekalongan senilai Rp4,1 miliar," tandasnya.