Marak Anak Tertular Tuberkulosis, Pemkot Yogyakarta Pertimbangkan Pendirian Selter
Kota Yogyakarta, Pos Jateng – Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta tengah mempertimbangkan pendirian selter khusus pasien tuberkulosis. Hal ini dilakukan setelah munculnya fakta bahwa anak-anak rentan terinfeksi penyakit tersebut dari orang tua mereka yang tinggal satu atap.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Lana Unwanah mengatakan, sebanyak 29 persen dari total 1.143 pasien tuberkulosis di Kota Yogyakarta adalah anak-anak. Ia membenarkan bahwa umumnya kasus tuberkulosis yang dijumpai pada anak disebabkan oleh penularan dari orang dewasa serumah.
“Proporsi TB [tuberkulosis] anak dibanding dewasa 29 persen yang kami temukan, 71 persen pada dewasa. Berdasar jenis kelamin banyak laki-laki yakni 55 persen, sementara perempuan 45 persen,” ujar Lana setelah menghadiri Pernyataan Bersama Upaya Kolaborasi Penanggulangan TB di Kota Yogyakarta, Selasa (13/12).
Lana menambahkan, penularan tuberkulosis pada anak banyak diakibatkan oleh kontak erat serumah. Umumnya, penularan terjadi karena penderita tuberkulosis dewasa tidak menaati protokol kesehatan (prokes).
“TB memang ditularkan dari orang dewasa, serumah, pengasuh kadang kala, bisa juga orang terdekat lain,” sebutnya.
Lana menegaskan, imunitas yang dimiliki anak-anak cenderung belum sebaik orang dewasa, sehingga jika ada anggota serumah yang positif, anak akan mudah tertular. Jika sudah tertular, perawatan intensif pun dibutuhkan oleh sang anak.
“Maka harus dilakukan tracing. Harus diobati sampai negatif dan penderita TB laten prokes. Diupayakan di rumah tetap menggunakan masker dan rajin cuci tangan. Selama 1-2 bulan pertama pengobatan betul menjaga,” pesannya.
Disinggung mengenai jadwal pasti pendirian selter tersebut, Lana mengonfirmasi bahwa pihaknya baru melakukan pembahasan pada tahap awal, sehingga belum bisa memberikan banyak informasi.
“Tapi saya belum bisa mengatakan banyak, karena baru tahap pembahasan awal,” tandasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Yogyakarta, Krisnadi Setyawan, mendorong pembangunan selter tuberkulosis tersebut. Mengingat waktu pengobatan tuberkulosis yang lama dan berpotensi menular, ia berharap Pemkot Yogyakarta dapat memasukkan proyek tersebut dalam rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) tahun 2023.
“Kita memerlukan satu tempat atau selter untuk menampung warga yang terpapar penyakit menular,” harap Krisnadi.