Mantan Aktivis Dorong Rumah Rode Jadi Cagar Budaya
Yogyakarta - Sejumlah mantan aktivis mendorong Rumah Rode di Jalan Sultan Agung, Gang Rode, Nomor 610, Yogyakarta, dijadikan cagar budaya. Sebab, melahirkan gerakan mahasiswa yang menumbangkan rezim Orde Baru (Orba).
"Di rumah inilah menjadi tempat diskusi dan belajar politik para aktivis mahasiswa di Yogyakarta dan kota besar di Indonesia," ujar Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Hilmar Farid, beberapa waktu lalu.
Pernyataan senada disampaikan Deputi IV Kantor Staff Presiden RI, Eko Sulistyo. Bahkan, Rumah Rode diklaim sebagai satu-satunya di Indonesia.
"Saya dulu dari Solo, selalu mampir ke rumah ini, kalau ada konsolidasi gerakan melawan rezim Orde Baru," ungkap eksaktivis mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta itu.
Rumah Rode juga memiliki kenangan tersendiri bagi politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Budiman Sudjatmiko. Disebutnya sebagai tempat mula dirinya belajar politik.
"Rode menjadi tempat baca buku, diskusi, rapat aksi demonstrasi, sampai melakukan advokasi buruh dan petani," bebernya.
Sedangkan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI, Ifdhal Kasim, menyatakan, dirinya merupakan generasi pertama Rumah Rode. Pada 1988, dirinya menjadi aktivis mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII).
"Saya rasa, tidak berlebihan, jika Rumah Rode ditetapkan menjadi cagar budaya oleh pemerintah," tutup mantan Komisioner Komnas HAM ini.