Kulon Progo Terbanyak Kirim TKI, Bantul Kedua
YOGYAKARTA-Dalam tiga tahun terakhir sejak 2017 sampai Juni 2019, BP3TKI Yogyakarta telah mengirim pekerja migran Indonesia (PMI) sebanyak 3.543 orang.
Rinciannya, sebanyak 1.059 pekerja dari Bantul, 342 pekerja dari Gunung Kidul, 1.070 pekerja dari Kulon Progo, kemudian 808 pekerja dari Sleman dan 264 pekerja dari Kota Yogyakarta.
"Di data kita, Bantul ini adalah kabupaten kedua terbanyak pengiriman tenaga ke luar negeri dengan sebanyak 1.059 orang selama tiga tahun terakhir, yang terbanyak pertama masih Kabupaten Kulon Progo," ujar Kepala Balai Pelayanan Penempatan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Yogyakarta, Suparjo di Yogyakarta, Minggu (14/07).
Tujuan pekerja migran Indonesia asal kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikirim secara formal tercatat sebanyak 53 negara.
"Negaranya banyak sekali, paling terbanyak ke Korea (Korea Selatan) dan Malaysia, Yogyakarta itu tujuan negara PMI (pekerja migran Indonesia) ada 53 negara," katanya.
Negara tujuan TKI tersebut diantaranya Eropa, Amerika dan Australia. Akan tetapi mayoritas ke Korea Selatan, karena standar gaji yang ditetapkan di perusahaan negara tersebut tinggi jika dirupiahkan.
"Kalau sekarang yang banyak diminati calon pekerja ke luar negeri itu adalah ingin bekerja ke Korea karena gajinya tinggi, kalau dirupiahkan mencapai sebesar Rp20 juta per bulan, mereka bekerja di sektor manufaktur pabrikan," ujarnya.
Terbanyak kedua setelah Korea Selatan, kata Suparjo, adalah perusahaan sektor manufaktur di Malaysia, bahkan lulusan sekolah menengah atas/kejuruan (SMA/SMK) sederajat banyak ke negeri Jiran itu.
Tahun ini di wilayah DIY calon TKI yang mendaftar untuk bekerja ke Korea Selatan sebanyak 500 orang, akan tetapi yang dinyatakan lulus hanya berjumlah 42 orang, karena memang kempetisi untuk menjadi pekerja di negara tersebut sangat ketat.
"Kalau secara nasional kemarin yang daftar sebanyak sekitar 24 ribu tenaga kerja, tetapi yang lulus hanya sekitar 1.700 orang secara nasional, kalau Yogyakarta yang mendaftar 500 orang kemudian yang lulus 42 orang itu sudah bagus," tutup Suparjo. (Ant)