Kemarau, PLTA Soedirman Cuma Beroperasi 4 Jam
Banjarnegara - PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkit (UBP) Mrica mengurangi waktu operasional Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Panglima Besar Jenderal Soedirman, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah (Jateng).
Hal tersebut dilakukan, karena debit air Waduk PB Jenderal Soedirman menyusut saat musim kemarau. Apalagi, air merupakan energi primer untuk menghasilkan pasokan listrik.
"Musim kemarau secara keseluruhan berdampak. Karena energi primer di air. Hubungannya nanti pada produksi kami dalam menghasilkan listrik," ujar Manager Engineering PT Indonesia Power UBP Mrica, Dwi Hantoro, Sabtu (3/11).
Operasional PLTA Soedirman kini hanya 3-4 jam saat beban puncak. Saat kondisi normal, dalam beroperasi selama sehari penuh.
Dia pun memprediksi, target produksi listrik sebesar 1.024 Giga Watt per jam (GWh) PLTA Soedirman tak terealisasi. Ditaksir cuma 926 GWh.
Meski begitu, elevasi air dipertahankan 229 meter. Ketinggian air dijaga, mengingat mesin pembangkit harus tetap beroperasi.
"Kalau sistem membutuhkan, Waduk Mrica harus mampu mendukung. Jadi, tidak boleh dihabiskan," jelasnya.
Kondisi ini, pun dimanfaatkan untuk pemeliharan mesin. Sehingga, dapat bekerja optimal saat musim hujan nanti.
Di sisi lain, PLTA Ketenger di Kabupaten Banyumas, subunit pendukung UBP Mrica, masih mengoperasikan dua dari empat turbin selama 24 jam. Sebab, hulu sungai Banjaran dan Surobadak yang menjadi sumber primer listrik tak berhenti memasok air ke turbin, meski debit berkurang.
PLTA Soedirman dan PLTA Ketenger, merupakan dua dari 13 subunit pendukung UBP Mrica. Subunit lainnya, adalah PLTA Wadaslintang, PLTA Klambu, PLTA Garung, PLTA Timo, PLTA Jelok, PLTA Sidorejo, PLTA Kedungombo, PLTA Sempor, PLTA Wonogiri, PLTM Siteki, dan PLTA Pejengkolan. Total kapasitas 309.740 Mega Watt.