Jateng Deflasi 0,24 Persen pada September 2019
SEMARANG - Jawa Tengah (Jateng) mengalami deflasi 0,24 persen pada September 2019. Terjadi di enam kabupaten/kota sasaran pelaksanaan survei biaya hidup Badan Pusat Statistik (BPS).
"Besaran (deflasi) yang bervariasi," kata Kepala BPJS Jateng, Sentot Bangun Widoyono, di Kota Semarang, Senin (1/10). Tertinggi terjadi di Banyumas (0,5 persen). Terendah di Kudus (0,16 persen).
Penyumbang deflasi terbesar adalah penurunan harga sejumlah komoditas pangan. Semacam cabai merah, cabai rawit, bawang merah, daging ayam, dan telur. Memberi kontribusi hingga 1,93 persen.
Kendati begitu, kebutuhan lain mengalami kenaikan harga. Dus, menahan laju deflasi. Seperti naiknya biaya perguruan tinggi dan harga perhiasan emas.
Kota Surakarta
Kota Surakarta pun mengalami deflasi sebesar 0,26 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) 131,83. Pengaruhnya sama: Penurunan harga sejumlah komoditas pangan.
Kepala BPS Surakarta, Totok Tavirijanto, menjelaskan, kelompok bahan makanan turun 2,25 persen. Sedangkan kelompok kesehatan surut 0,07 persen.
Meski demikian, beberapa kelompok memberikan sumbangan terhadap inflasi. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau naik 0,29 persen serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar naik 0,07 persen.
"Ada pula kelompok sandang naik 1,24 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik 0,24 persen; dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan naik 0,13 persen," tuturnya, mengutip Antara.