Genjot Produksi Nila, Sleman Kembangkan Kincir Air
Sleman - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), akan mengembangkan sistem kincir air. Sehingga, kebutuhan ikan nila dapat terpenuhi.
Soalnya, sampai kini produksinya cuma sekira 32 kilogram per kapita per tahun. Sedangkan kebutuhannya, mencapai 100 kilogram per kapita per tahun.
"Untuk memenuhinya, (selama ini) kita masih suplai dari luar dan mendatangkan dari waduk," ujar Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Sleman, Heru Saptono, Selasa (4/12).
Hingga kini, teknologi kincir air telah diaplikasikan di tujuh titik, seperti di Dusun Karang, Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak. Rencananya, akan ditambah di delapan titik pada 2018.
Salah satu target pengembangannya, di Dusun Bokesan, Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak. Sebab, telah dikukuhkan sebagai "Kampung Nila".
Sistem kincir air berfungsi menciptakan air dibuat lebih alami dan membantu proses pemupukan air. Kincir juga mengarahkan kotoran dasar kolam ke pembuangan pusat, sehingga mempermudah pembersihan dasar kolam.
Untuk menerapkannya, beberapa faktor perlu diperhatikan. Di antaranya, pemilihan lokasi, persiapan lahan, sarana-prasarana, tebar benih, pakan, dan pemanenan. "Ukuran kolam 200-1.000 meter persegi dengan kedalaman air 0,8-1,5 meter," lanjutnya.
Pembuatan kincir air menelan biaya sekira Rp6 juta. Untuk luasan kolam 500 meter persegi, diperlukan kincir berdiamater 70 sentimeter.
Heru menerangkan, ada beberapa keuntungan menerapkan sistem budidaya ikan nila dengan sentuhan teknologi kincir air (Sibudidikucir). Misalnya, produksi meningkat hingga 300 persen.
Penggunaan sumber daya pun irit, lantaran kincir hanya dioperasionalkan waktu tertentu saja. "Sudah dibuktikan oleh para pembudidaya di Dusun Karang," jelas dia.
"Dengan metode Sibudidikucir, hasil panen mereka yang biasanya rata-rata 900 kuintal, naik jadi 1,3 ton. Nilai keuntungan bersihnya mencapai Rp14 juta dalam kurun dua bulan," tambah Heru.