Dinkes Boyolali Catat Belum Ada Temuan Kasus Penyakit Hepatitis Misterius
Boyolali, Pos Jateng - Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali mulai menerapkan early warning system (EWS) dan mengimbau masyarakat menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk mencegah potensi penyebaran penyakit hepatitis akut misterius. Kepala Dinkes Boyolali, Puji Astuti mengatakan, hingga saat ini belum ada temuan penyakit ini di Boyolali.
"Sebenarnya keberadaan hepatitis sudah ada sejak zaman dulu. Sedangkan hepatitis misterius ini juga muncul gejala seperti hepatitis. Hanya saja saat pemeriksaan tidak ditemukan trend-nya. Sejauh ini belum ada temuan paparan penyakit ini di Boyolali," kata Puji Astuti, dalam keterangannya, Selasa (10/5).
Puji menambahkan, isu yang menyebut vaksin Covid-19 merupakan pemicu munculnya penyakit hepatitis misterius adalah hoaks. Berdasarkan informasi dari Ikatan Dokter Indonesia Anak (IDAI), anak yang terpapar justru belum mendapat vaksin.
"Itu hoaks. Jadi tidak ada hubungan antara vaksin covid-19 dengan hepatitis misterius. Kemudian, meskipun angka paparan covid-19 sudah mulai melandai bukan berarti kita abai. Karena penyakit virus dan lainnya mulai bermunculan. Jangan tinggalkan prokes sebagai barrier utama," ungkapnya.
Menurut Puji, gejala hepatitis misterius mirip dengan penyakit hepatitis umumnya, yaitu demam, mual dan muntah, nyeri perut. Kemudian diare dengan berak berwarna agak pucat serta air kencing berwarna seperti teh. Selain itu, gejala lebih parahnya, yakni ketika warna kulit penderita berubah menjadi berwarna kuning kehijauan. Hal tersebut bisa jadi menimbulkan kejang dan penurunan kesadaran.
"Kemudian tingkat bahaya hepatitis misterius, berkaca dari temuan kasus di negara lain, itu ditemukan kasus dengan kematian. Jadi ya, memang penyakit yang cukup berbahaya. Apalagi hepatitis misterius ini menyerang pada usia kurang dari 16 tahun. Itu berdasarkan temuan sampai saat ini ya. Jadi menyerang usia anak dan remaja," ujarnya.
Lebih lanjut, Puji menjelaskan, hepatitis misterius ditularkan melalui virus. Bisa melalui kontak fisik seperti jabat tangan, udara dan lainnya. Penularannya dan pencegahannya hampir sama dengan Covid-19. Sehingga, masyarakat diimbau untuk membentengi diri dengan menjalankan protokol kesehatan.
"Jadi intinya untuk menghindari itu harus prokes. Kami juga membentengi dengan melakukan upaya preventif. Seperti meningkatkan edukasi serta sosialisasi ke masyarakat. Termasuk sosialisasi penerapan hidup bersih dan sehat (PHBS)," jelasnya.