DBD Mulai Merebak di Kota Semarang
Semarang - Penyakit demam berdarah dengue (DBD) mulai merebak di wilayah Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng). Sejak awal Januari 2019, Rumah Sakit (RS) St. Elisabeth menangani 22 pasien. Jumlahnya meningkat dibanding 2018.
"Selama bulan Desember kemarin, ada 21 pasien yang dirawat di sini yang terkena DBD. Bulan ini, baru 10 hari berjalan, sudah ada 22 pasien DBD yang masuk," ujar Kepala Humas RS Elisabeth, Probowatie Tjondronegoro, Kamis (10/1).
Rerata pasien menjalani perawatan intensif selama 2-5 hari. Pengidap dibagi di tiga bangsal; Vincentius, Fransiskus, serta Theresia khusus untuk anak-anak.
Seorang pasien DBD, Muslika (48), mengungkapkan, penyakit akibat nyamuk Aides aegypti ini tengah merebak di lingkungannya, Kampung Sumurejo, Gunungpati, Kota Semarang. Sebanyak 13 warga terserang dalam sebulan terakhir.
"Rasanya demam, greges-greges terus semua badan. Rasanya gatal-gatal sekali. Ini saya sudah dua hari dirawat di sini," beber dia.
Masih Terkendali
Namun, sampai kini Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang belum menerapkan status darurat DBD. Dalihnya, masih terkendali.
"Penanganan DBD di Kota Semarang sejauh masih bisa terkendali. Kalau pun ada pasien DBD, saya rasa jumlahnya belum terlalu banyak," ucap Kepala Dinkes Kota Semarang, Widoyono, terpisah.
Berdasarkan data Dinkes, terangnya, baru empat warga yang sakit DBD. "Mungkin yang dirawat di Elisabeth, itu tidak semuanya warga Kota Semarang," dalih dia.
Widoyono juga mengklaim, kasus DBD dalam beberapa tahun berkurang. Pada 2015 misalnya, mencapai 1.000-an pasien. "Tapi, 2018 lalu jumlahnya menurun pesat," katanya.
"Sepanjang 2018 kemarin, pasien DBD di Kota Semarang sekitar 103 orang. Satu orang di antaranya meninggal dunia," tutupnya.