Ramai-ramai Kritisi Rencana 100 Persen Biodiesel
Jakarta - Sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) mengkritisi kebijakan 100 persen biodiesel (B-100) pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Bahan bakar hayati itu berasal dari sawit.
Wahana Lingkunan Hidup Indonesia (Walhi) khawatir, langkah itu bakal mengorbankan lahan lain. Sebab, butuh lahan cukup luas untuk merealisasikannya.
Sedangkan Direktur Eksekutif Partnership for Governance Reform (Kemitraan), Monica Tanuhandaru, berpandangan, tiada yang salah dengan sawit, terlebih dikonversi ke energi. Namun, bakal menempatkan rakyat pada posisi rentan.
Pernyataan senada disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Eksekutif Koaksi Indonesia, Nuly Nazlia. Dasarnya, butuh lahan sekitar 40 juta hektare untuk memproduksi B-30.
Saat debat kedua Pilpres 2019 di Jakarta, Minggu (17/2) malam, calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, berjanji, akan menggenjot produksi sawit. "Untuk bisa dimanfaatkan (bahan bakar hayati)," ucapnya.
Dasarnya, menurut dia, pengembangan bahan bakar hayati di Indonesia baru B-20. Padahal, Brasil mampu memproduksi B-90. Alasan lain, meningkatkan pendapatan petani.
Tak lama berselang, calon Presiden nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi), mengoreksi pendapat ekspromotornya pada Pilgub DKI Jakarta 2012 itu. Petahana mengklaim, pemerintah akan menggenjot B-100.
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini menambahkan, produksi sawit mencapai 46 juta ton per tahun. Kilahnya lagi, melibatkan 16 juta petani.