Produksi Cabai Gapoktan Mujagi Tak Putus-putus
CIANJUR - Gabungan Kelompok Tani Multitani Jaya Giri (Gapoktan Mujagi) sukses menjadi pemasok sayur-mayur ke Ibu Kota dan daerah sekitarnya. Khususnya cabai.
Setiap harinya mengirim sebanyak enam kuintal cabai ke rekanan. Baik ke pasar modern; restoran; Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta; maupun dan pasar lokal di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Jabar).
Penanggung jawab Gapoktan Mujagi, Syafiudin, menyatakan, pihaknya mampu berproduksi terus-menerus karena mengatur jadwal tanam dan panen. Pada lahan 200 hektare.
Juga berkat pemanfaatan rumah paranet (screen house) dan rumah semai. Dilengkapi sungkup plastik (rain shelter) seluas 700 meter persegi.
"Jangan takut mengaplikasikan teknologi baru. Meskipun belum banyak yang melakukan dan belum terbukti tingkat keberhasilan sebelumnya," katanya.
Gapoktan Mujagi eksis sejak 2009. Di dalamnya terdapat 28 kelompok. Total anggota 240 petani. Lokasi budi daya berada di Kampung Pasir Cina, Desa Cipendawa, Kecamatan Pacet.
Didin, panggilannya, menerangkan, pihaknya menggelontorkan Rp48 juta untuk membuat rumah paranet. Dipakai untuk membeli bambu, paranet, plastic UV, drip irigasi, toren, dan pipa. Termasuk 1.000 batang cabai.
Budi daya cabai dilakukan tumpang sari dengan sayuran daun horenzo sebanyak dua kali tanam. Saat panen pada Juli 2019, mampu 22 kali.
Produktivitas cabai sekitar dua kilogram per pohon. Nilainya Rp90 juta. "Itu baru cabai," ujar dia.
"Kalau dihitung-hitung, pendapatan bersih yang kami terima dari hasil panen cabai dan sayuran daun sekitar Rp45 juta. Selama sembilan bulan," imbuhnya melalui keterangan tertulis.
Terpisah, Pelaksana Tugas (Plt) Sayur dan Tanaman Obat Ditjen Hortikultura Kementan, Sukarman, menerangkan, pihaknya terus mendampingi para petani cabai. "Sehingga, stabilisasi pasokan cabai tetap terjaga secara merata," ucapnya.