Pidato Presiden RI di KTT G20 Bahas Perubahan Iklim
Jakarta, Pos Jateng – Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), bersama beberapa menteri kabinet Indonesia maju menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 di Roma, Italia. Jokowi dalam pidatonya membahas mengenai penanganan perubahan iklim di Indonesia.
Dilansir dari tayangan YouTube Sekretariat Presiden, dalam pidatonya, Presiden Jokowi menyatakan perubahan iklim adalah ancaman besar bagi kemakmuran dan pembangunan global. Menurutnya, Solidaritas, kemitraan, kerja sama, kolaborasi global merupakan kunci untuk mengatasi untuk perubahan iklim.
Jokowi menjelaskan bahwa dengan potensi alam yang begitu besar, Indonesia terus berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim. Berikut ini pidato lengkap Jokowi di KTT Perubahan Iklim COP26:
Yang Mulia, Perubahan iklim adalah ancaman besar bagi kemakmuran dan pembangunan global. Solidaritas kemitraan kerja sama kolaborasi global merupakan kunci.
Dengan potensi alam yang begitu besar, Indonesia terus berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim. Laju deforestasi turun signifikan, terendah dalam 20 tahun terakhir. Kebakaran hutan juga turun 22 persen di tahun 2020. Indonesia juga telah memulai rehabilitasi hutan mangrove seluas 600 ribu hektare sampai di (tahun) 2024, terluas di dunia.
Indonesia juga telah merehabilitasi 3 juta lahan kritis antara tahun 2010 sampai 2019. Sektor yang semula menyumbang 60 persen emisi Indonesia akan mencapai carbon net sink selambatnya tahun 2030.
Di sektor energi, kami juga terus melangkah maju. Dengan pengembangan ekosistem mobil listrik, pembangunan pembangkit listrik tenaga surya terbesar di Asia Tenggara, pemanfaatan energi baru terbarukan termasuk bio-fuel, serta pengembangan industri berbasis clean energy, termasuk pembangunan kawasan industri hijau terbesar di dunia di Kalimantan Utara.
Tetapi hal itu tidak cukup. Kami, terutama negara yang mempunya lahan luas yang hijau dan potensi untuk dihijaukan, serta negara yang memiliki laut luas yang potensial menyumbang karbon membutuhkan dukungan dan kontribusi dari internasional, dari negara-negara maju.
Indonesia akan terus memobilisasi pembiayaan iklim dan pembiayaan inovatif, serta pembiayaan campuran, obligasi hijau dan sukuk hijau. Penyediaan pendanaan iklim dengan mitra negara maju merupakan game changer dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di negara-negara berkembang.
Indonesia akan dapat berkontribusi lebih cepat bagi net zero emission dunia. Pertanyaannya, seberapa besar kontribusi negara maju untuk kami? Transfer teknologi apa yang bisa diberikan? Ini butuh aksi, butuh implementasi secepatnya.
Selain itu, carbon market dan carbon price harus menjadi bagian dari upaya penanganan isu perubahan iklim. Ekosistem ekonomi karbon yang transparan, berintegritas, inklusif, dan adil harus diciptakan.
Yang Mulia, Sebagai penutup di KTT ini, atas nama forum negara-negara kepulauan dan pulau kecil, AIS, Indonesia merasa terhormat dapat mensirkulasikan pernyataan bersama para pemimpin AIS Forum, sudah menjadi komitmen AIS Forum untuk terus memajukan kerja sama kelautan dan aksi iklim di UNFCCC. Terima kasih.