Pengungsi Bebani Negara, Tokoh Maluku: Wiranto Ngawur
JAKARTA - Pernyataan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto, tentang korban gempa di Ambon memberatkan negara menuai polemik. Protes pun dilayangkan tokoh Maluku di Jakarta, Mohamad Sangaji.
"Pernyataan Pak Wiranto soal pengungsi korban gempa di Maluku hanya menjadi beban pemerintah, itu sangat ngawur," tutup ujarnya di Jakarta, Rabu (3/10).
Perkataan tersebut, menurut dia, sangat menyakiti orang Maluku. Padahal, ikut berjuang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. "Maluku bukan warga kelas dua di negara ini," tegasnya.
Ongen, sapaannya, menerangkan, takada orang yang berharap tertimpa musibah. Termasuk gempa bumi di Ambon. Apalagi, sampai mengungsi di tenda-tenda darurat. "Wiranto jangan aneh-anehlah," katanya.
Dirinya menambahkan, orang Maluku tak keberatan apabila pemerintah enggan membantu korban gempa. Karena bisa swadaya dalam membantu saudaranya yang kemalangan.
"Jangan pernah anggap remeh orang Maluku," tutup Ongen. Dirinya kemudian meminta bekas Panglima ABRI itu meminta maaf. Juga menarik pernyataan tersebut.
Gempa bermagnitudo 6,5 melanda Ambon, Maluku, Kamis (26/9). Sebanyak 20 orang meninggal dunia, 152 luka-luka, dan 25 ribu terpaksa mengungsi.
Beberapa saat kemudian, Wiranto meminta masyarakat kembali ke rumahnya masing-masing. Agar mengurangi jumlah pengungsi.
"Pengungsi terlalu besar. Ini sudah menjadi beban pemerintah. Baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah," tuturnya.
Belakangan, mantan Ketua Umum DPP Hanura itu mengklarifikasi pernyataannya. Dia berkilah, "Tidak mungkin saya sengaja melukai hati masyarakat Maluku yang sedang terkena musibah."
Wiranto melanjutkan, dirinya justru mengundang pejabat terkait penanganan bencana alam. Agar segera melakukan langkah-langkah cepat untuk meringankan beban penderitaan korban gempa di Maluku.