Pendapat Ormas Islam tentang Tabloid Indonesia Barokah
Semarang - Organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam mulai merespons terkait beredarnya Tabloid Indonesia Barokah di sejumlah masjid dalam beberapa waktu terakhir. Muhammadiyah, salah satunya.
Bagi organisasi besutan KH Ahmad Dahlan ini, media cetak tersebut sarat politik dan mengarah ke pihak tertentu. Karenanya, takmir masjid diimbau tak mendistribusikannya.
"Mestinya kalau punya (kepentingan) politik, ya, politik universal, seperti tidak mengarah ke pilihan tertentu. Jemaah, kan, beragam," ujar Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Jawa Tengah (Jateng), Tafsir, Rabu (23/1).
Baca juga:
Tabloid Indonesia Barokah 'Infiltrasi' Jateng
Kapolda: Tabloid Indonesia Barokah Belum Masuk DIY
BPN Prabowo-Sandi Laporkan 'Indonesia Barokah'
Dirinya pun menyarankan takmir masjid menyimpannya. Sehingga, tak sampai ke tangan jemaah dan dibaca. "Agar tidak timbulkan kegaduhan," jelasnya.
Nahdlatul Ulama (NU) pun menyesalkan keberadaan Indonesia Barokah di sejumlah tempat ibadah. Seharusnya, masjid dihormati dan tidak menjadi lokasi penyebaran konten politik praktis
"Masjid itu tempat ibadah, untuk bersujud. Kalau datang, ya, motivasinya beribadah," terang Ketua Pengurus Wilayah (PW) NU Jateng, Muzammil, terpisah.
Karenanya, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) diharapkan segera bersikap. "Masjid intinya untuk beribadah," tegas dia.
Pengembangan Ukhuwah
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Dewan Masjid Indonesia (DMI), Imam Addaruqutni, menerangkan, surau pada dasarnya terbuka dengan ide-ide kreatif, positif, dan progresif. Namun, penekannya jalinan hubungan antarmasyarakat.
"Kalau di masjid, harus bersifat pengembangan ukhuwah. Jangan politik praktik, tapi harus wawasan yang progresif dan inklusif. Yang artinya, terbuka untuk semua, bukan hanya golongannya saja, bukan diskriminatif," urainya.
"Kalau misal ada tabloid seperti itu, kalau ke masjid, DMI mengimbau, jangan itu dimasukkan ke masjid. Masjid sedang tidak melakukan kampanye," tambah dia mengingatkan.
Di sisi lain, Imam meminta pemilik Indonesia Barokah membuat media yang berisi konten inklusif, persatuan umat, dan bangsa. "Kalau isinya mengadu domba, tidak boleh terjadi di masjid," pungkasnya.