Menteri Agama: Momentum Tri Suci Waisak Untuk Evaluasi Diri
MAGELANG - Umat Buddha di Indonesia hari ini, Minggu (19/5) merayakan Hari Raya Waisak. Namun, perayaan ini telah dimulai sejak Sabtu (18/5) malam di pelataran Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Hadir dalam perayaan tersebut Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mewakili Pemerintah Republik Indonesia. Dalam sambutannya, Lukman mengatakan bahwa keberagaman yang menjadi ciri khas Indonesia hakekatnya merupakan kekuatan, bukan hal yang melemahkan.
"Kita menghargai kebangsaan kita dengan kebhinekaan kita, perbedaan bukanlah kelemahan melainkan kekuatan," sambutan Lukman pada perayaan Tri Suci Waisak di pelataran Candi Borobudur, Sabtu (18/5) malam.
Lukman juga menegaskan bahwa demokrasi terbukti mampu mengelola keberagaman yang ada di Indonesia. Keberagaman juga merupakan intrepretasi dalam kehidupan umat beragama yang dalam konteks demokrasi sebagai upaya untuk membangun semangat kebersamaan.
"Oleh karena itu, perhatian pada kehidupan beragama dan berdemokrasi menjadi sangat penting," tegas Lukman.
Ia menyampaikan bahwa inti ajaran agama adalah kasih sayang bukan kebencian, semangat inilah yang akan dirawat sebaik-baiknya.
"Kita harus mencegah berbagai upaya yang membuat kehidupan kita bersama menjadi terpecah dan menimbulkan konflik. Melalui momentum Tri Suci Waisak ini saya ingin mengajak kepada setiap umat beragama untuk melakukan evaluasi diri," harapnya.
Ia mengatakan, pada setiap agama mempunyai momentum untuk mengevaluasi diri. Ia merincikan bahwa dalam agama Buddha memiliki Tri Suci Waisak, sedangkan Agama Islam memiliki Bulan Ramadhan. Menurutnya, momentum ini menjadi kesempatan untuk melakukan introspeksi, mengevaluasi diri, dan sekaligus menyucikan diri untuk melakukan perubahan.
Lukman menyampaikan semua itu memiliki tujuan yang sama bagaimana kebahagiaan dan keharmonisan terwujud.
"Buddha mengajarkan kepada umatnya agar tiada berhenti berlatih Dhamma untuk mencapai suatu kondisi batin yang tidak tergoyahkan oleh apapun permasalahan yang datang kepadanya," kata Lukman.
Batin yang tidak mudah goyah diterjang oleh kekotoran batin, batin yang tidak mudah masuk ke dalam suatu keadaan emosi negatif yang menjadikan dirinya menderita.
Lukman menambahkan, Buddha memberikan solusi atas kondisi itu yaitu dengan membangun pengertian-pengertian benar, dari pengertian benar akan muncul pikiran benar.
Lukman juga menjelaskan bahwa Buddha memberikan petunjuk kepada umatnya untuk menjalankan kehidupan dengan mengendalikan pikiran, jika memikirkan hal positif maka batin akan bahagia, sebaliknya jika memikirkan hal yang negatif maka akan menderita.
"Itulah tantangan hidup sebagai manusia bagaimana membuat batin agar menjadi tenang, seimbang dalam kehidupan ini. Tidak perlu membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain tetapi memiliki batin yang teguh merupakan sumber kebahagiaan," pungkas Menteri Agama. (Ant).