Menaker Resmikan Studio Fesyen Teknologi di BLK Semarang
Semarang - Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri, meresmikan studio teknologi fesyen di Kompleks Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK), Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Selasa (26/2). Generasi milenial diharapkan tertarik.
"Selama ini, pelatihan menjahit dikesankan ndeso. Jadi, kami ingin keterampilan ini juga dikuasai generasi milenial," ujarnya sela acara, beberapa waktu lalu.
Dengan begitu, kejuruan menjahit diubah menjadi teknologi fesyen. Begitu pula dengan sistem pembelajarannya.
Peserta didik bakal dibekali pengetahuan dan kemampuan. Sehingga, bisa masuk dunia kerja atau menjadi wirausaha. "Output BBPLK tak kalah dengan mereka yang lulusan formal," sesumbarnya.
Dia melanjutkan, studio tersebut terinspirasi dari dua sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Kudus, Jateng. Mengembangkan jurusan teknologi informasi (TI) dan tata busana.
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) lantas mengontak yayasan yang mendampingi dua sekolah itu. "Agar sistem pembelajaran di SMK tersebut bisa diterapkan di BLK," terangnya.
Pemerintah menggandeng Indonesia Fashion Chamber (IFC) untuk mengembangkan kejuruan teknologi fesyen BBPLK Semarang. IFC turut mendampingi SMK di Kudus.
Perkembangan Fesyen
Di sisi lain, Hanif mengungkapkan, bidang fesyen berada di bawah kuliner dan kriya dari 16 subsektor industri kreatif. Pertumbuhan ekspornya 8,7 persen, senilai US$8,2 miliar atau setara Rp120 triliun pada 2018.
"Itu kontribusi ekonomi dari industri fesyen. Fesyen adalah masa depan. Selama orang masih ingin pakai baju, industri akan terus hidup," katanya yakin.
Cepatnya dinamika fesyen menjadi tantangan. Orang menjahit biasanya mengandalkan seragam dan baju-baju pengantin.
"Dari sisi pasar, tidak menjanjikan. Ketika bertransformasi menjadi fashion technology, mengenalkan beragam bentuk kreasi dan pola konsumsi fesyen setiap hari. Itu pasar besar," urainya.