Kurangi Emisi Karbon, Kementan Giatkan Budi Daya Manggis
BOGOR - Kementerian Pertanian (Kementan) mengintensifkan budi daya manggis. Lantaran berpotensi mengurangi emisi karbon. Selain menggeliatkan roda perekonomian.
"Memperbaiki kualitas lingkungan. Karena sifatnya yang every green, akarnya kokoh, serta batangnya kuat dan elestis. Sangat potensial untuk mendukung upaya pengurangan emisi karbon," ujar Direktur Buah dan Florikultura Ditjen Hortikultura Kementan, Liferdi Lukman, di Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar).
Potensi pengembangannya di Indonesia cukup besar. Pangkalnya, cocok dengan agroklimat. Karenanya disebut raja buah tropis.
Dengan pengembangan tersebut, Indonesia pun bakal mendapatkan intensif sebesar USD71 per 1 ton karbon. Itu selaras dengan Protokol Kyoto tentang perdagangan karbon. Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) 2018, terdapat 2,1 juta batang pohon manggis.
"Kalau dalam setiap satu pohon manggis diasumsikan menyimpan 10 kilogram karbon saja, maka sudah mengurangi emisi sebanyak 21 ribu ton karbon dioksida. Kalau dikalkulasi di pasar karbon, bisa senilai kurang lebih USD1,49 juta," tuturnya.
"Nilai tersebut baru dari aspek pengurangan emisi. Belum nilai ekonomi langsung dari hasil buah dan bagian tanaman manggis lainnya. Terlebih lagi kalau dihitung jasa lingkungannya terhadap pengendalian banjir, erosi, dan konservasi air tanah," imbuh dia.
Liferdi melanjutkan, pihaknya tengah menyempurnakan Rencana Pengembangan Hortikultura 2020-2024. Menyinergikan berbagai aspek dari hulu hingga hilir. Khusus manggis, pengembangannya akan berorientasi pasar modern dan ekspor. Namun, tetap berwawasan lingkungan.
"Tanaman manggis dikenal sebagai tanaman yang berumur panjang. Bahkan, bisa mencapai ratusan tahun. Tidak serta merta misalnya ditanam sekarang, lalu bisa dipetik buahnya 2-3 tahun lagi. Untuk belajar berbuah saja, paling tidak butuh delapan tahun. Jadi perlu manajemen pengelolaan kebun dan visi jangka panjang yang kuat," tuturnya.