Kementan Bangun Sentra Buah di Lahan Sempit
BOGOR - Kementerian Pertanian (Kementan) berencana mengonsolidasikan lahan sempit menjadi sentra buah-buahan berskala ekonomi. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto, menerangkan, hal tersebut dilakukan lantaran kepemilikan lahan sekitar 0,3 hektare per petani. Agar maksimal, budi daya menggunakan bibit unggul.
Langkah itu dikemas dalam Desain Besar Hortikultura 2020-2024. Diawali dengan menyiapkan batang bawah dan batang atas selama dua tahun.
"Lokasi-lokasi mana yang cocok, langsung kita kembangkan. Tidak tanggung-tanggung. Kalau cocok 100 hektare, kita berikan 100 hektare," katanya di Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (19/9).
Penyediaan benih unggul melibatkan Balai Penelitian Tanaman Buah (BPTB) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) serta Balai Benih Hortikultura (BBH). Tersebar se-Indonesia.
Dirinya mengingatkan, penggunaan bibit unggul menjadi salah satu aspek penting. Karena menjadikan produk bermutu dan memiliki daya saing. Selain penerapan pola budi daya hingga penanganan pascapanen yang baik. Dus, berpeluang diekspor.
Anton, sapaannya, berkeyakinan, upaya ini bakal berhasil. Dicontohkannya dengan sentra durian di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Jateng).
"Durian di Pati sudah berkembang, walaupun hanya (skala) kecil, 15-20 hektare," ucap dia. Budi daya diawali pemberian bantuan benih oleh Kementan, lima tahun silam.
Contoh lainnya di Kecamatan Semboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim). Masyarakat di sana kini sukses membudidayakan kelengkeng. Berasal dari benih bantuan Kementan.
Selain pemberian bibit unggul, Kementan pun bakal melakukan transfer pengetahuan dan teknologi, pendampingan, sampai pengawasan. Guna memastikan buah-buahan yang dihasilkan berkualitas.
"Kalau kawasan tersebut sudah berkembang, nanti kita sosialisasikan. Kita promosikan. Kita diseminasikan kepada masyarakat," ujar Anton.