Kemendes Kembangkan Smart Farming di Daerah Tertinggal
JAKARTA - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menerapkan pertanian pintar (smart farming) di daerah tertinggal. Agar usaha tani berlangsung secara efektif dan efisien.
Dirjen PDT Kemendes PDTT, Samsul Widodo, menerangkan, konsep ini secara sederhana bisa diartikan sebagai bertani yang tepat (precision agriculture). Lantaran dapat mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan setiap tanaman.
"Dari pengidentifikasian tersebut, petani jadi lebih paham tindakan apa yang harus dilakukan pada setiap tanamannya. Tanaman mana yang membutuhkan air, tanaman mana yang harus diberikan pestisida, dan tanaman mana yang harus dipupuk," ucapnya di Jakarta.
Baca juga:
Kemendes Ajak Generasi Muda Cemplung Sektor Pertanian
Kemendes PDTT Gelar Festival Kopi Nusantara
Dirjen PDT Dorong 'Marketplace' Ekspor Produk Desa
Kegiatan ini memanfaatkan teknologi. Diyakini mampu meningkatkan potensi pertanian. Termasuk mendorong generani muda untuk terjun ke sektor tersebut.
Pada 2019, sebanyak lima kabupaten berstatus daerah tertinggal ditetapkan sebagai lokasi percontohan (pilot project) smart farming. Seperti Situbondo, Dompu, Sumba Timur, dan Pasaman Barat.
"Pemilihan pilot project tergantung dari komitmen pemerintah kabupaten tersebut. Dan jenis tanamannya disesuaikan dengan potensi masing-masing daerah," tambah Direktur Pengembangan Sumber Daya dan Lingkungan Hidup Ditjen PDT, Dwi Rudi Hartoyo.
Peluncuran smart farming di Pasaman Barat dilakukan 16 Oktober 2019. Melalui Gerakan Menyongsong Pertanian 4.0 dan Implementasi Pertanian Presisi. Kegiatan diawali penandatanganan nota kesepakatan. Antara Kemendesa PDTT dengan PT Mitra Sejahtera Membangun Bangsa (MSMB).
Pelaksanaan program tersebut turut didukung instansi lain. Seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Asian Development Bank (ADB), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan Bank Negara Indonesia (BNI) yang menyediakan fasilitas peminjaman modal.
"Proyek kerja sama antara MSMB dengan Kemendesa PDTT, Kemenkominfo, Bappenas, ADB, dan BNI ini, diharapkan dapat meningkatkan potensi warga lokal. Sehingga, dapat meningkatkan produktivitas pada daerah-daerah tertinggal di Indonesia," kata Chief Marketing Officer MSMB, Anita Hesti.
Penerapan smart farming tak sekadar menyangkut penerapan teknologi. Kunci utamanya, data terukur berdasarkan analisis sensor yang dipasang di areal penanaman.
Sensor akan memberikan informasi mengenai berbagai hal terkait tanaman. Semacam apakah perlu menambah pupuk, air, suhu di sekitar lokasi tanam, hingga rekomendasi jadwal panen.
Tak sekadar itu. Smart farming juga bisa dimanfaatkan untuk penanganan penjualan hasil pertanian. Akhirnya, petani tak perlu khawatir produksi tidak terbeli. Selain dapat menjual sendiri produk dan mendapat penghasilan yang lebih tinggi.
Teknologi ini juga dapat mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola informasi keragaman spasial dan temporal lahan. Untuk mendapatkan keuntungan optimal, berkelanjutan, dan menjaga lingkungan.