Greenpeace Sebut Indoneisa Tidak Ada Komitmen Serius Tangani Perubahan Iklim
Jakarta, Pos Jateng – Greenpeace Indonesia menyebut klaim Presiden RI, Joko Widodo, yang disampaikan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) terkait perubahan iklim (COP26) di Gasglow, Skotlandia, tidak memperlihatkan komitmen serius menangani perubahan iklim di Indonesia.
Kepala Greenpeace Indonesia, Leonard Simanjuntak, menyebutkan bahwa Indonesia seharusnya bisa menjadi contoh bagi banyak negara berkembang untuk memutus ketergantungan terhadap energi kotor.
“Sebagai bagian dari 20 ekonomi terbesar di dunia, dan 10 negara pengemisi terbesar, seharusnya Indonesia memimpin dengan komitmen ambisius dan aksi nyata untuk dekarbonisasi ekonominya,” ujarnya, dikutip dari greenpeace.org, Senin (1/11).
Meneurut Leonard, seharusnya Indonesia dapat berkomitmen untuk mencapai karbon netral pada 2050. Indonesia dapat menghentikan dominasi batubara pada sektor energi, dan tidak menggantungkan diri pada perdagangan karbon yang merupakan solusi palsu terhadap krisis iklim.
Sementara itu, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, M Iqbal Damanik, mengungkap angka penurunan Karhutla sampai 82 persen di tahun 2020-2021 tidak bisa dianggap sebagai keberhasilan Jokowi. Sebab, penurunan angka Karhutla itu lebih banyak dipengaruhi faktor alam.
Begitu pun, kata Iqbal, pada tahun-tahun sebelumnya. Angka Kerhutla menurun cukup tinggi ketika musim-musim basah, yakni ketika curah hujan cukup tinggi.
"Di sini intervensi kebijakan terhadap kebakaran hutan itu tidak optimal, tapi betul-betul deforestasi turun saat musim basah. Artinya kebakaran hutan tidak bisa diklaim sebagai Jokowi sebagai keberhasilan," katanya.
Iqbal juga menyebut klaim yang disampaikan Jokowi dalam pidatonya merupakan data yang diambil sebagian atau 'cherry picking'. Artinya, sambung dia, data tersebut tidak merepresentasikan kondisi dan situasi di Indonesia seutuhnya.
Belum lagi, kata Iqbal, karhutla yang terjadi masih di konsesi-konsesi yang sama seperti di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Ia mengatakan kebakaran terjadi di titik yang sama pada 2015, 2019, 2020, dan 2021 ini.
Terkait transisi energi, menurut Iqbal, Jokowi belum memperlihatkan kesungguhan dalam implementasinya. Salah satu yang disoroti Iqbal adalah penggunaan bahan bakar fosil dari batu bara.
Iqbal menyebut, Jokowi lewat Kementerian ESDM dan PLN masih akan membangun 13,8 giga bahan bakar listrik dari bahan bakar batu bara. Padahal, dalam pidatonya Jokowi menyebut akan beralih ke energi baru terbarukan (EBT).
"Ini penanda bahwa Indonesia tidak akan beralih dari industri ekstraktif, tidak akan berkontribusi secara nyata dan betul betul berkomitmen dalam menangani krisis iklim," ujarnya.