Ditjen PDT Pasarkan Produk Unggulan Daerah Tertinggal
JAKARTA - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) mengupayakan peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Soe dan Kepulauan Aru. Salah satunya, dengan memasarkan produk unggulan kedua daerah tersebut.
"Ini yang sedang saya jalani. Bagaimana produk Kepulauan Aru masuk ke Jakarta atau Bali. Bagaimana caranya membawa. Ini menjadi isu yang terus diselesaikan," ujar Dirjen PDT, Samsul Widodo, dalam keterangannya.
Kepulauan Aru memiliki produk ikan asin dan melimpah. Sedangkan Soe, menghasilkan alpukat berkualitas. Sayangnya, hingga kini hasilnya belum berdampak signifikan terhadap perekonomian masarakat setempat.
Dia menerangkan, ikan asin di Kepulauan Aru diproduksi secara alami. Namun, harganya tergolong murah. Sekitar Rp75 ribu per kilogram. Lantaran belum terjamah pasar.
"Palagis, ikan terbang, itu dibelah. Dibersihin. Lalu dijemur. Harganya di sana Rp75 ribu. Di Jakarta Rp150 ribu. Tapi, market tidak ada di daerah tertinggal," tuturnya.
Beragam upaya dilakukan Ditjen PDT. Agar pasar produk unggulan daerah tertinggal kian luas. Tak sekadar fokus pada pada penyediaan alat produksi.
Sedangkan alpukat Soe, harganya Rp2.000 per kilogram di tingkat petani. Padahal, kualitasnya melampaui produk Australia yang dijual di Jakarta senilai Rp200 ribu per kilogram.
"Misalnya, kami ajarkan kepada pengepul ikan asin di sini. Pertemukan dengan teman-teman pemda di Indonesia timur. Itu tidak pernah dilakukan dulu," ucap Samsul.
"Ini butuh kerja keras meyakinkan pemda dan pemangku kebijakan. Dengan memberi tahu prospeknya. Mengajak mereka ke supermarket untuk melihat secara riil harga produk," imbuhnya.
Ditjen PDT pun melibatkan instansi lain. Macam Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Perdagangan (Kemendag), dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Agar terus memetakan potensi, kualitas komoditas, dan pengiriman daerah tertinggal.