Bendungan Randugunting dan Jlantah Mulai Dikerjakan
Jakarta - Pembangunan Bendungan Randugunting Kabupaten Blora dan Bendungan Jlantah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah (Jateng), resmi dimulai, menyusul penandatangan kontrak kedua proyek tersebut.
"Pekerjaan harus dilakukan full speed sejak awal," ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Muhammad Arsyadi, baru-baru ini.
"Langgamnya harus rock and roll, dengan menambah personel dan sif kerja. Untuk konsultan supervisi, kualifikasi tenaga ahli yang ditugaskan, harus sesuai dengan yang dijanjikan dalam penawaran," imbuh dia, sebagaimana dilansir laman resmi PUPR.
Proyek Bendungan Randugunting dikerjakan PT Wijaya Karya (Wika) dan PT Andesmont melalui kerja sama operasi (KSO). Nilainya Rp858 miliar dan dilaksanakan selama empat tahun. Sedangkan Bendungan Jlantah senilai Rp965 miliar, dikerjakan KSO PT Wika dan PT Adhi Karya.
Bendungan Randugunting berkapasitas tampungan efektif 8,61 juta meter kubik dan bermanfaat mereduksi debit banjir sebesar 81,42 meter kubik per detik. Bendungan dirancang untuk menyedikan air irigasi sawah seluas 630 hektare, penyediaan air baku 150 liter per detik, dan pariwisata.
Sedangkan Bendungan Jlantah, berkapasitas tampungan efektif 8,3 juta meter kubik. Bendungan bermanfaat untuk sumber air irigasi seluas 1.493 hektare, konservasi pemeliharaan aliran sungai 120 liter tiap detik, dan penyedia tenaga listrik 625 kilo Watt.
Bila sudah rampung, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana akan bertanggung jawab atas Bendungan Randugunting. Sementara Bendung Jlantah, dikelola BBWS Bengawan Solo.
Dengan pengerjaan dua proyek ini, maka ada lima bendungan yang dimulai konstruksinya pada 2018. Tiga proyek lainnya, Tiga Dihaji Sumatera Selatan, Bener Jawa Tengah, serta Bendungan Sidan Bali.
Dari target 65 bendungan, yang rampung baru sembilan proyek. Sebanyak 39 bendungan dalam tahap konstruksi dan sisanya ditargetkan tandatangan kontrak pada akhir 2018 dan 2019.