Baru 40 % Sekolah Gelar PTM, Nadiem Singgung Dampak Buruk PJJ
Jakarta, Pos Jateng - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim menyampaikan baru 40% satuan pendidikan di daerah dengan PPKM level 1, 2, dan 3, yang telah menyelenggarakan PTM terbatas.
Angka itu dinilai belum maksimal, lantaran masih ada 95% satuan pendidikan yang sebenarnya bisa menjalankan PTM terbatas. Ia menilai Izin pemda jadi kendala terbesar pelaksanaan PTM terbatas.
"Jika sekolah berada di wilayah PPKM level 1 sampai 3, PTM terbatas dapat dilaksanakan. Apalagi jika pendidik dan tenaga kependidikan di suatu sekolah sudah divaksinasi, sekolah wajib memberikan opsi PTM terbatas dan PJJ (pembelajaran jarak jauh),” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (16/9).
Nadiem juga menyinggung dampak buruk learning loss, atau penurunan capaian pembelajaran. Menurutnya, PJJ berkepanjangan bisa berdampak besar dan permanen, sehingga bisa menyebabkan anak-anak Indonesia tidak bisa mengejar ketertinggalan.
“Dampak PJJ tersebut yakni putus sekolah, penurunan capaian pembelajaran, dan kesehatan mental serta psikis anak-anak. Semua itu bisa menjadi risiko yang lebih besar dibandingkan risiko kesehatan,” ujarnya.
Ia kemudian merujuk riset yang dilakukan oleh INOVASI dan Pusat Penelitian Kebijakan (Puslitjak) Kemendikbudristek. Hasilnya, pendidikan di Indonesia sudah kehilangan 5-6 bulan pembelajaran per tahun.
Kemudian riset Bank Dunia dengan topik yang sama menyatakan, dalam kurun waktu 0,8 sampai dengan 1,3 tahun, compounded learning loss dengan kesenjangan antara siswa kaya dengan siswa miskin meningkat 10%.
Riset tersebut juga menyatakan bahwa tingkat putus sekolah di Indonesia meningkat sebesar 1,12%, di mana angka tersebut 10 kali lipat dari Angka Putus SD Tahun 2019. Bank Dunia memperkirakan, saat ini di Indonesia ada 118.000 anak usia SD yang tidak bersekolah. Angka tersebut lima kali lipat lebih banyak daripada jumlah Anak Putus SD Tahun 2019.
“Kami mohon sekali kepada daerah untuk menyelamatkan anak-anak kita yang mengalami learning loss. Generasi ini akan sangat sulit untuk mengejar ketertinggalan ke depannya,” pungkasnya.