Mengenal Boyolali, dari Objek Wisata sampai Produk Unggulan
Boyolali - Kabupaten Boyolali menjadi topik populer di media sosial. Pemicunya, pidato calon Presiden nomor urut 01, Prabowo Subianto, saat meresmikan Posko Badan Pemenangan Prabowo-Sandiaga Uno Kabupaten Boyolali, Selasa (30/10).
Pada salah satu penggalan pidatonya, Prabowo menyebut, masyarakat setempat belum sejahtera. Dia mengumpamakan "wajah Boyolali" sebagai orang yang belum pernah masuk hotel mahal.
Boyolali merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah (Jateng). Letaknya berdekatan dengan Kota Surakarta, Kabupaten Sragen, Kota Salatiga, Kabupaten Grobogan, dan Kota Magelang.
Di luar itu, Boyolali sesungguhnya memiliki daya tarik bagi wisatawan untuk datang dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi warganya. Misalnya, susu segar khas Boyolali.
Susu Segar
Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali, produksi susu segar di daerah ini mencapai 80 ribu liter per hari. Sebanyak 59 ribu liter di antaranya, dipasarkan untuk konsumsi dan sisanya untuk menyusui pedet.
Populasi sapi perah Boyolali mencapai 60 ribu ekor. Namun, yang memproduksi susu segar hanya 28 ribu ekor. Kendati begitu, Boyolali menjadi produsen susu nomor satu di Jateng.
Wisata Alam
Boyolali juga memiliki wisata alam yang patut dikunjungi saat liburan. Ekowisata Taman Air Tlatar, salah satunya.
Taman air di Desa Selo, Kecamatan Selo ini, berada di kaki Gunung Merbabu pada ketinggian sekitar 350 meter di atas permukaan laut (mdpl). Matar Air berasal dari lapisan batuan vulkanik, mengingat terletak di antara Gunung Merbabu dan Gunung Merapi.
Ada sejumlah fasilitas pada objek wisata tersebut, seperti wahana pembelajaran tentang lingkungan, tempat makan lesehan, kolam renang untuk anak dan dewasa, kolam pemancingan, taman wisata air, serta aneka wisata lain berbasis lingkungan.
Adapula Kebun Raya Indrokilo di Gunungsari, Kelurahan Kemiri, Kecamatan Mojosongo. Kendati masih dalam tahap pembangunan dan rampung pada 2019, turis sudah bisa mengunjungi objek wisata seluas 8,9 hektare itu.
Konsepnya, sebagai lokasi konservasi tumbuhan hutan hujan dataran rendah Jawa bagian timur sekaligus hiburan rakyat. Ada juga taman tematik, seperti tumbuhan paku-pakuan, taman labirin, rumah kaca, taman pojok energi terbaharukan, dan tempat pembibitan.
Untuk menikmatinya, pengunjung tak perlu "merogoh kantong". Namun, harus memarkirkan kendaraan di tempat yang sudah disediakan. Di dalam, hanya bisa berjalan kaki atau dengan sepeda.
Rencananya akan ada fasilitas WiFi, patung Mahesa Jenar setinggi 30 meter, gerbang yang terinspirasi dari Chiang Kai Shek Memorial Hall di Taiwan, dan jembatan yang fotogenik. Pengelola pun bakal rutin menggelar pentas musik dan budaya.
Keramik Porselen
Tak cuma itu, keramik asal Boyolali bahkan sudah tembus pasar global. Roy Wibisono, Direktur Nuansa Porcelen Indonesia, sukses menciptakan keramik berbahan lokal khas setempat.
Mulanya, dia melakukan riset atas berbagai bahan-bahan lokal. Seperti membuat batu bata atau genteng, keramik porselen dibentuk dengan pembakaran.
Roy menggunakan kaolin, feldspar, dan silika sebagai bahan baku. Ketiga dibakar dalam suhu 1.200-1.400 derajat Celcius. Lalu, diolah menjadi tropi, pating, dinding, piring, mangkok, dan bentuk lainnya.
Aneka produk kemarik Nuansa Porcelen Indonesia telah dijajakan ke Denmark, Belanda, Swiss, India, sampai Amerika Serikat.
Keju Boyobert
Melimpahnya produksi susu segar di Boyolali, menginspirasi Noviyanto untuk mengolahnya menjadi keju dari pabriknya di Dukuh Karangjati, Karanggeneng. Dia mampu memproduksi 50 kilogram keju tiap hari.
Ada tiga jenis keju yang diproduksi dan dipasarkan ke supermarket. Keju mozarella, keju kraf, dan keju feta. Bahan baku dipasok dari Koperasi Serba Usaha (KSU) Boyolali.
Pada 2010, Noviyanto sukses menghasil varian keju terbaru asal Italia. Produknya dinamanya Boyolali-bert atau Boyobert. Keju ini pun mendapat tanggapan positif dari kalangan ekspatriat, sesuai ekspektasinya.