SEMARANG - Wilayah Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), mengalami penurunan tanah (land subsidence) lima hingga 13 sentimeter setiap tahun. Karena pengambilan air tanah tak terkendali.
Dari perhitungan data GPS Geodetik, ucap pakar oseanografi Universitas Diponegoro (Undip), Denny Nugroho Sugianto, Jumat (15/11). Penurunan terjadi hingga 9,79 kilometer dari garis pantai Kota Atlas.
Fenomena terparah, ungkap Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip ini, terjadi di area sekitar 83,04 kilometer persegi. Di Kawasan Tanjung Emas.
Untuk mencegah terjadinya penurunan tanah yang lebih parah, maka pengambilan air bawah tanah yang tidak terkendali itu harus dihentikan, katanya menyarankan.
Kota Semarang turut mengalami fenomena peningkatan muka air laut. Melansir Antara, relatif lebih tinggi daripada kawasan pesisir lainnya.