MAGELANG - Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid menegaskan keajaiban dunia bagi Candi Borobudur bukan hanya karena bangunannya tetapi juga masyarakatnya. Hal tersebut pada pembukaan Dwi Windu Ruwat Rawat Borobudur di pelataran Candi Borobudur.
Bukan hanya umat Buda, tetapi umat agama lain seperti Islam, Kristen, Katolik, dan Hindu sama-sama mempunyai komitmen untuk merawat candi tersebut. Karena itu, tidak mengherankan jika Candi Borobudur kemudian disebut sebagai keajaiban dunia.
Banyak orang di luar negeri heran ada sebuah candi, monumen yang begitu besar dan boleh dibilang monumennya umat Buda tetapi dirawat dengan penuh kasih sayang oleh masyarakat yang memiliki agama dan etnik yang bermacam-macam, kata Farid di Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (9/2).
Borobudur sebagai keajaiban dunia bukan karena bangunannya, tetapi juga karena masyarakatnya, ucapnya.
Dia menuturkan, para seniman yang terlibat dalam Ruwat Rawat Borobudur merupakan wujud nyata kecintaan melestarikan Candi Borobudur.