Semarang - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), Komjen Suhardi Alius, menyatakan, cara teroris mencari pengikut semakin canggih seiring perkembangan teknologi.
Kelompok teroris, katanya, kini melakukan pencucian otak hanya dengan bermodalkan jaringan. Karenanya, masyarakat diminta waspada dan melapor, jika ada konten terkait di media sosial (medsos).
Dengan kemajuan teknologi informasi digital, (cuci otak) bisa dilakukan dengan online. Selama di dalam ruangan ada sinyal, dia bisa mainkan, ujarnya sela simulasi aksi teroris di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Rabu (31/10).
Melalui saluran medsos, tambah Suhardi, kelompok teroris mendistribusikan konten sebagai wadah cuci otak. Cara tersebut, merupakan faktor timbulnya lone wolf, seperti peristiwa serangan bom di Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim), beberapa waktu lalu.
Dia berinteraksi, dicuci ideologinya. Kemudian, berkumpul seperti di Surabaya. Bisa bahaya. Jadi, dengan media sosial dan online, bisa pengaruhi pemikiran orang, bebernya.