Sultan: Oknum Tolak Perempuan Jadi Kepala Dusun
YOGYAKARTA - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, menilai, penolakan terhadap kepemimpinan Yuli Lestari (41) di Dusun Pandeyan, Desa Bangunharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, dilakukan oknum.
"Kan, biasa. Oknum. Itu, kan, sama dengan kejadian yang di Banguntapan maupun Kotagede," ujar Sri Sultan di Alun-alun Utara Kota Yogyakarta, Senin (20/5).
Pemerintah Provinsi (Pemprov), terang dia, telah mengutus seseorang sejak Minggu (19/5) malam. Delegasi bertugas mencari informasi ihwal duduk perkara sebenarnya.
Meski begitu, menurutnya, tak perlu mempersoalkan keterpilihan Yuli sebagai kepala dukuh. Pangkalnya, setiap warga berhak memimpin. Termasuk perempuan.
"Republik ini, kan, tidak membedakan orang. Perempuan maupun laki-laki, maupun membedakan suku, agama. Kan, enggak ada. Semua diperlakukan sama," ucapnya.
Sejumlah warga menolak Yuli sebagai Kepala Dusun Pandeyan. Padahal, Yuli mengikuti seluruh prosedur. Bahkan, ia berada di peringkat satu hasil tes di Fakultas Hukum Universitas Widya Mataram.
Yuli beranggapan, penolakan takberalasan. Seperti dianggap galak dan suaminya selaku Ketua Rukun Tetangga (RT) 01 sulit dimintai tanda tangan oleh warga. Meski begitu, dirinya telah dilantik pada Jumat (17/5).
Kala pelantikan, menukil detik.com, empat ketua RT di Dusun Pandeyan disebut mengundurkan diri. RT 02, 03, 04, dan 05. Mereka menolak Yuli, alasannya.
"Pas saya datangi, ternyata (Ketua) RT 04 dan RT 05 tidak mundur. Mereka tanda tangan surat penolakan, karena tidak enak saja sama yang mendatangi. Jadi, yang mundur hanya (Ketua) RT 02 dan RT 03," tutur Yuli.
Terpisah, eks-Ketua RT 03 mengklaim, penolakan terhadap Yuli sesuai kesepakatan warga. Enggan memiliki pemimpin perempuan. "Itu dari awal sebelum pemilihan," katanya yang enggan disebutkan identitasnya.