Harga Air Bersih di Gunungkidul Meroket

Harga Air Bersih di Gunungkidul Meroket Warga mengambil air dari lubang di dasar sungai yang kering di Desa Glagah, Kecamatan Tangen, Kabupaten Sragen, Jateng, Selasa (16/7). (Foto: Antara Foto/Mohammad Ayudha)

GUNUNGKIDUL - Harga air bersih di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), meroket. Seiring berkepanjangannya kekeringan di wilayah tersebut.

Ini seperti Kecamatan Ge​​dangsari. Kawasan perbukitan utara yang berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (Jateng).

Masyarakat di sana kini meski merogoh kocek dalam-dalam untuk mendapatkan air bersih. Pangkalnya, harga satu tangki berkapasitas 5.000 liter dibanderol Rp350 ribu. Sebelumnya Rp150 ribu.

"Mahalnya harga air, lantaran medannya ekstrem. Kondisi jalan belum diaspal dan banyak yang rusak," ucap warga Dusun Baturturu, Desa Mertelu, Kecamatan Gedangsari, Tukimin (56).

Dusun Baturturu terletak di bawah embung Batara Sriten. Kondisi geografis perbukitan. Sehingga, masyarakat setempat sukar menemukan sumber air bersih.

Warga selama ini mengandalkan distribusi air dari swasta, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), atau pihak kecamatan.

Penduduk terpaksa membuat sumur gali. Lantaran tak mampu membeli air. "Tiap satu bulan, rata-rata harus membeli dua tangki," kata warga lainnya, Ngatijo (48).

Sayangnya, air tak kunjung muncul. Meski penggalian sudah cukup dalam. Lebih dari 12 meter. Apalagi, biaya penggalian menelan biaya belasan juta.

Padahal, sebelumnya cukup menggali sedalam 10-12 meter. Air pun bakal keluar. Mampu memenuhi kebutuhan tiga kepala keluarga (KK).

"Dari empat buah sumur yang kami gali, hanya berfungsi satu. Itu saja hanya mampu untuk satu keluarga. Lantaran debit airnya rendah," tutur dia.

Air yang keluar juga tak maksimal. Kala penggalian mencapai 30 meter. Mereka mesti menggali sedalam 60-80 meter. Agar sesuai harapan.

Sementara, BPBD Gunungkidul mencatat, kekeringan kini melanda 15 kecamatan. Penduduk terdampak menembus 130 ribu jiwa.

Krisis terparah berada di Kecamatan Girisubo dan Paliyan. Dirasakan 38.570 jiwa. Terlebih, melansir Kedaulatan Rakyat, belum seluruh wilayah di sana terjangkau sambungan perusahaan daerah air minum (PDAM).