Beragam Masalah Pelaksanaan PPDB di Jateng
SEMARANG - Beragam persoalan muncul pada hari pertama pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2019 di Jawa Tengah (Jateng). Juga terjadi di berbagai daerah. Seperti di Kota Surakarta.
Seorang calon siswa SMAN 7 Surakarta, Raja Mahendra. Telah mendaftar secara mandiri. Hari pertama pendaftaran. Senin (1/7). Pukul 00.00. Beberapa jam kemudian, namanya tak ditemukan dalam jurnal sementara.
Ternyata, namanya terlempar ke SMAN 1 Mojolaban, Sukoharjo. Jaraknya sekitar delapan kilometer. Dari rumahnya. Di Grogol, Sukoharjo.
Jarak rumahnya ke SMAN 7 Surakarta justru lebih dekat. Tiga kilometer lebih pendek. "Bingung. Mau sekolah mana," ujar orang tua Raja, Yati.
Baca juga:
PPDB 2019 di Surakarta Dimulai Hari Ini
Ditambah, Kuota Jalur Prestasi PPDB SMA Jateng
Ombudsman Jateng Terima 19 Aduan Pelaksanaan PPDB
Masalah berbeda terjadi di Kabupaten Brebes. Puluhan calon siswa terpaksa gagal mendaftar secara daring. Lantaran terjadi kesalahan sistem. Macam data keterangan tanggal keluar kartu keluarga berbeda dengan surat tanda bukti verifikasi yang dicetak.
"Tidak bisa login. Gara-gara nomor KK salah. Pada KK, tanggal dikeluarkan 20 September 2017. Tapi di formulir verifikasi, tertera tanggal 1 Januari 2019," ucap seorang calon siswa SMAN 1 Brebes, Aditia Kusuma Dewi.
Atas insiden ini, panitia berencana menghubungi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jateng. Juga Telkom. Selaku penyedia situs web. Guna mencari jalan keluar.
Sedangkan di Kabupaten Rembang, PPDB SMKN 1 Gunem terpaksa diundur. Menjadi hari ini (Selasa, 2/7). Pangkalnya, terjadi gangguan jaringan internet internal.
Padahal, sebanyak 63 calon peserta didik anyar telah datang. Kemarin. "Semua belum berhasil mendaftar," ungkap Kepala SMKN 1 Gunem, Yulius Widianto.
Ada pula yang gagal mendaftar di sekolah tujuan, karena jaraknya berubah. Seperti yang dirasakan Tri Sunarko, orang tua calon siswa SMAN 2 Semarang.
"Saat anak saya simulasi, jarak SMA 2 dan Kelurahan Kalicari itu 1,4 kilometer. Waktu daftar tadi, kok, jadi dua kilometer?" ungkapnya heran.
"Sedangkan Pedurungan Tengah, sebelumnya 1,9 kilometer. Jadi 1,5 kilometer," imbuh dia, mengutip detikcom. Dirinya mengadukan masalah tersebut ke SMAN 2 Semarang.
Namun, Tri serta beberapa orang tua dan calon siswa lainnya asal Kalicari akhirnya pasrah. Lantaran setelah dibuktikan dengan Google Maps, jaraknya memang dua kilometer.
Pantau PPDB
Sementara itu, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, sempat meninjau langsung pelaksanaan PPDB pada hari pertama. Di kantor Disdikbud Jateng. Termasuk melayani keluhan dari orang tua calon siswa.
"Anak dua masuk SMA semua. Nilai beda. Cek jam 09.00, tidak diterima di mana-mana. Saya penasaran. Ini sistemnya bagaimana. Final apa masih bisa fluktuasi?" tanya warga Krobokan, Kota Semarang, Harina, saat mengadu.
Disdikbud pun memberikan penjelasan. Juga membantunya mendaftar. Hasilnya, putra pertamanya tak bisa masuk sekolah yang dipilih. Pasalnya, jarak zonasi terlalu jauh dan nilai jalur prestasi tak mencukupi.
Sedangkan anak keduanya, tersingkir dari daftar calon siswa SMAN 6 Semarang. Meski nilai ujian nasional (UN) 29. Lantas disarankan memilih sekolah lain. Alternatifnya SMAN 7. Atau SMAN 17 Semarang. Via jalur prestasi luar zona.
Baca juga:
PPDB SMK, Sistem Zonasi Tak Berlaku di Jateng
Sistem Zonasi PPDB Disebut Pembodohan
Merespons banyaknya problem, Ganjar menganjurkan orang tua dan calon siswa mengadu ke saluran yang telah tersedia. Seluruh aduan akan dilayani.
"Kami sudah siapkan meja dan desk aduan. Ada kekhawatiran dapat sekolah tidak. Ada yang cemburu dan marah akibat KK, pindah dadakan. Para orang tua, hati-hati. Ayo, yang jujur," tutupnya.
Informasi dan keluhan bisa disampaikan ke 13 kantor cabang Disdik Jateng di 13 wilayah. Atau melalui layanan pengaduan Posko Induk via surel [email protected], telepon 024 86041265, dan situs web ppdb.jatengprov.go.id.