Greenpeace: Plastik Sekali Pakai Jadi Polusi Masa Depan
Jakarta - Survei Greenpeace International menyebutkan, plastik sekali pakai produsen kebutuhan sehari-hari (fast moving consumer goods/FMCG) merupakan polusi masa depan. Sebab, tak satupun korporasi memiliki rencana mengerem produksi plastik tersebut.
"Sektor ini, harus mengubah model bisnisnya dan bersiap untuk dunia, di mana produk dan kemasan sekali pakai tidak lagi dapat diterima," ujar Global Plastics Project Leader Greenpeace Indonesia, Ahmad Ashov, via keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (23/10).
Model bisnis FMCG, katanya, hanya berdasarkan asumsi, semua kemasan plastik dikumpulkan dan didaur ulang menjadi kemasan baru.
FMCG merupakan industri terbesar di dunia. Sebagian besar perusahaan FMCG tumbuh 1-6 persen tiap tahun. Jika tren itu berlanjut, akan turut memengaruhi peningkatan penggunaan plastik sekali pakai.
Ashov melanjutkan, ada empat FMCG yang melaporkan penjualan tertinggi. Yakni, Coca Cola, PepsiCo, Nestle, dan Danone. Ini, tertuang dalam laporan audit merek Break Free From Plastic.
Sedangkan menurut laporan A Crisis of Convenience: The corporations behind the plastics pollution pandemic, fokus pada 11 korporasi terbesar. Detailnya, Coca Cola Company, Colgate-Palmolive, Danone, Johnson & Johnson, Kraft Heinz, Mars, Nestle, Mondelez, PepsiCo, Procter & Gamble, serta Unilever.